Skip to main content

Dewasa Muda: You're Really on Your Own.

Kira-kira 3 bulan kurang 10 hari lagi aku berumur 22 tahun.
Artinya aku sedang memasuki fase dewasa muda.

Saat ini aku sedang magang di Jakarta dan tinggal di ibukota untuk pertama kalinya. 
Baru 1 bulan hidup di sini, aku merasa banyak hal yang menghantamku dan seolah meneriakiku: "welcome to the real world!!!"
Banyak hal yang tidak kurasakan selama 4 tahun berkuliah di Tangerang.
Banyak hal yang baik, banyak juga yang mengecewakan. 

Salah satu hal yang sekaligus baik dan mengecewakan yaitu:  You're really on your own.

Saat menjadi dewasa muda, orientasi; prinsip; serta prioritas aku dan teman-temanku sudah berbeda dan seringkali tidak bisa diganggu gugat. Hidup kami bukan lagi tergantung pada jadwal kuliah dan perintah orang tua. Rutinitas tergantung pada pilihan hidup masing-masing. Mau bersakit-sakit dahulu atau mau bersenang-senang dahulu itu sepenuhnya pilihan. 

---

Menjadi dewasa muda, 
aku mulai melihat banyak karakter asli manusia seumuranku.
Ternyata, karakter asli orang bisa terlihat saat dia ada di bawah tekanan. Menarik.
Bagaimana mereka mengendalikan ego, memperlakukan orang, mempertahankan tanggung jawab, dan lainnya.

Aku mulai mengerti mengapa perbedaan menjadi dewasa dan kekanak-kanakan diukur dari cara mengendalikan ego. Seorang dewasa dan bijak akan berpikir panjang sebelum bertindak dan berbicara saat ia diuji kesabarannya. Apakah meluapkan amarah setelah ini akan sepadan dengan reputasi yang sudah kubangun? Apakah sepadan dengan waktuku? Apakah sepadan dengan hubunganku terhadap mereka? Bila tidak, maka tidak ada gunanya aku memprioritaskan egoku saat ini.

Aku mulai merasakan orang akan bersikap baik padaku selama aku menguntungkan mereka.
I realize that genuine people is really just a few.
Yang membuatku sangat kaget pada awalnya namun sudah mulai terbiasa yaitu orang akan selalu berkhianat. Saat aku memutuskan untuk percaya dan bergantung dengan seseorang, berarti aku sudah harus siap dikecewakan. Itu resiko yang absolut.

Aku sadar kesempatan tidak lagi datang, tapi harus dikejar. Saat masih di sekolah atau kuliah, kalau gagal bisa mengulang sampai berhasil. Bahkan kalau gagal, orang tua kita kadang siap jadi pembela nomor satu kita agar kita bisa lolos. Di dunia kerja, gagal dan hanya menunggu kesempatan lain, ya habis sudah.

Aku pun sadar, tidak ada waktu lagi untuk berharap pada keadaan menjadi sesuai dengan ekspektasi. Merasa lebih penting dan berharap keadaan mengikuti apa yang kita mau itu sama saja dengan bunuh diri.
Adaptasi atau mati.

You're really on your own.

Kelihatannya negatif, tapi sebenarnya ada positifnya juga. Aku bersyukur sudah mengalami beberapa hal ini di awal fase dewasa muda-ku. Artinya paling tidak aku sudah dilatih untuk membiasakan diri di dunia yang ternyata tidak senyaman saat aku remaja dan anak-anak.
Pada saat salah satu teman kantorku mengucapkan: "Saat wisuda kemarin, aku malah merasa antiklimaks. Kukira aku akan puas karena sudah selesai, tapi enggak.",
dan aku 100% setuju dengannya.

Setelah wisuda, game-nya baru dimulai. Misi dari tiap game sama, siapa yang paling lama bertahan, dia yang menang. 
To keep sane in this game: try to enjoy every second of it. Good luck.

Comments

Popular posts from this blog

My Portfolio

https://visirarasanti.portfoliobox.net/ Halo teman-teman! Sudah satu setengah tahun aku berkuliah, masuk semester ke-empat. Oh my God, I feel like there's a million things I want to share to you! Tapi ceritanya di lain kesempatan saja ya, sekarang aku ingin membagikan sebuah website yang isinya beberapa karyaku setahun terakhir ini. https://visirarasanti.portfoliobox.net/ Silakan klik dan selamat melihat-lihat, hehe!

Biggest Fear

I already wrote all of these, writings that you about to read (spoiler alert: it's all over the place) , on my twitter. But this one is for a back up. Why? You'll know why. So my WhatsApp chats are completely gone. All the medias and links even the stickers... Yep I probably deserved it for being an *ss person lately. Probably the dumbest thing I have ever done among all the idiotic behaviours that I did in my life. But what breaks me most is that I can’t save personal chats from my dad 😔 and that made me realise, one of the most terrifying thing in my life is when I completely lost all the memories of him someday. So twitter and blogger, please help me save some of the memories of those personal chats that still left in my brain... --- I really regret I deleted a screenshot about this particular chat but I remember that my dad asked me about something but I didn’t answer him all night, 'til the next day he asked me again “ Lagi ngapain? Kok ga bales-bales? ” And I answe